Kemalasan

Kelambanan atau kemalasan adalah hal yang tidak dapat dibenarkan. Biasanya orang malas menunjukkan tanda-tanda adanya masalah berkenaan dengan ren-dahnya penghargaan terhadap diri sendiri, kesom-bongan dan sikap pasif-agresif.

Di 2 Tesalonika, Paulus menulis untuk sekelompok orang percaya yang telah menjadi malas beribadah kepada Allah dan juga malas dalam pekerjaan. Mereka tidak bekerja dan mengharapkan gereja memerhatikan mereka. Paulus menegur mereka dan langsung kepada inti permasalahan, “Tetapi kami berpesan kepadamu, saudara-saudara, dalam nama Tuhan Yesus Kristus, supaya kamu menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan yang tidak menurut ajaran yang telah kamu terima dari kami juga “…jika seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” (2 Tes. 3:6,10).

Sikap-sikap kemalasan dapat menjadi begitu sulit untuk dikalahkan karena melibatkan motivasi. Orang malas berhenti mencoba dan tidak berusaha untuk mencoba – dalam pekerjaan, hubungan atau masyarakat seperti orang-orang Tesalonika yang menjadi tawar hati dan banyak yang ingin menyerah dan berhenti. Mereka mengizinkan ke-malasan menyusup dalam kehidupan mereka padahal mereka mengetahui kebenaran Allah tetapi berhenti hidup bagi-Nya. Rasul Paulus memberikan teladan dengan tidak lalai bekerja tetapi berjerih payah dalam bekerja supaya tidak menjadi beban bagi siapa pun (ay. 7-9).

Diakui bahwa kehidupan dan pekerjaan kita tidak akan bebas dari kesalahan tetapi kita telah mencoba melakukan terbaik. Perhatikan, yang terbaik dari kita mungkin tidak sama seperti yang terbaik dari orang lain; oleh sebab itu jangan pernah membandingkan apa yang kita lakukan dengan apa yang orang lain kerjakan. Allah mengetahui keterbatasan dan kemampuan kita dalam mencapai sesuatu. Akan tetapi musuh menghendaki kita gagal dengan meraih perhatian serta mem-beritahu kita bahwa kita tidak akan menjadi sebaik orang lain. Jangan memercayai dan menjadi korban ucapannya. Dia akan senang jika kita berhenti bekerja dan menjadi kesaksian yang tidak efektif bagi Kristus.

Orang malas tampak sulit bergerak baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadinya. Mereka memiliki kemampuan tetapi tidak mau menggunakannya. Orang semacam ini tidak memberikan kontribusi bagi masyarakat dan dari cara pandang Allah, ini adalah dosa. Amsal 20:4 mengingatkan, “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai maka tidak ada apa-apa.” Dengan kata lain, jika kita ingin mendapatkan sesuatu dalam hidup, kita harus bersedia menginvestasikan waktu dan usaha. Jangan menunda-nunda dan menolak menerima tanggung jawab apa pun!

Pemalas mungkin memulai sesuatu dengan baik tetapi tidak pernah menyelesaikan apa yang telah dimulainya. Gaya hidup semacam ini sulit dihilangkan. Jauh di lubuk hatinya, si pemalas ingin mencapai hal-hal besar tetapi tidak mempunyai energi cukup atau kebulatan tekad yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan. Sebenarnya dia mengetahui Allah telah memberikan kepadanya kebenaran, talenta, dan kemampuan untuk menghasilkan nafkah tetapi ia menolak untuk melakukannya. Dengan demikian, dia hidup tanpa mengetahui potensi yang dimilikinya.

Allah menciptakan kita untuk sebuah tujuan. Bila kita hidup dalam kemalasan, kita gagal melakukan kehendak-Nya. Allah mengharapkan kita hidup disiplin. Untuk mengalahkan kemalasan kita harus berkomitmen kepada tugas dan kepada Allah. Orang yang meraih kesuksesan memiliki kemampuan, komitmen, disiplin, keinginan kuat dan kesetiaan. Mereka tidak mudah menyerah ketika kehi-dupan semakin sulit dan kenyataannya hidup ini memang semakin sulit. Kita melihat contoh Yusuf yang dijual sebagai budak di Mesir. Dia menjadi pelayan di rumah Potifar kemudian dituduh melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya sehingga dia dipenjara. Sekalipun mengalami ketidakadilan, dia tetap bekerja keras dan menjadi penanggung jawab atas para narapidana di penjara. Sesungguhnya dia sedang dalam proses pelatihan untuk pekerjaan lebih besar.

Orang bisa juga menjadi malas secara emosional karena trauma atau penyakit yang pernah dideritanya hingga dia mendapat perhatian dan tampil menjadi orang lemah. Dia tidak pernah bertumbuh dan menginvestasikan waktunya untuk menjadi orang yang disiplin tetapi terus menerus berusaha membuat orang lain memenuhi kekurangannya.

Apa ciri-ciri dari kemalasan?

  • Kurangnya prioritas, tujuan dan ambisi. Orang malas tidak akan menetapkan tujuan karena dia tidak memiliki keinginan untuk mencapainya. Dia kekurangan ambisi dan hanya melakukan secukupnya untuk mendapatkan sesuatu.
  • Keegoisan. Kemalasan merupakan sikap sangat egoistis karena si pemalas digerogoti oleh kebutuhannya sendiri dan hanya sedikit untuk perkara lainnya.
  • Kurangnya iman terhadap panggilan dan kemampuan Allah. Kemalasan menun-tun gaya hidup tidak beriman – mengaku sebagai orang percaya tetapi tidak ada bukti iman oleh sebab hilangnya pengharapan, komitmen dan iman sejati.
  • Perasaan sombong. Kesombongan menyebabkan kita malas dalam memotivasi diri – menghalangi kita bekerja dengan jujur dan menjadi yang terbaik.
  • Tugas-tugas yang tidak terselesaikan. Si pemalas akan mengalami kesulitan waktu dalam menyelesaikan apa yang telah dimulai. Sesungguhnya ketika Allah memanggil kita untuk melakukan suatu pekerjaan, Dia bertanggung jawab memperlengkapi kita untuk tugas tersebut. Persoalannya, orang malas mudah menyerah dan tidak memiliki tekad bulat untuk melakukan apa yang diper-cayakan Allah kepadanya. Yesus Kristus menjadi teladan sempurna dalam pelayanan, Dia tidak pernah melarikan diri dari tanggung jawab.

Jika kita tetap mempertahankan kemalasan, konsekuensinya ialah:

Ø Timbulnya berbagai masalah, termasuk hilangnya pekerjaan, hubungan dan kedamaian hati.

Ø Stres dan tekanan. Kemalasan merupakan pintu masuk bagi sikap suka menunda-nunda yang akan menimbulkan stres. Atasan dan teman-teman tidak akan mendukung sikap kita; bahkan mereka menjadi lelah dengan sikap kita yang jelek ini.

Ø Menyebabkan penyakit fisik dan emosi.

Ø Kemelaratan. Jika kita malas bekerja, kita kehilangan berkat Allah dan tidak menghormati-Nya karena kita tidak memuliakan Dia dengan tindakan kita. Ingat, kita menuai apa yang kita tabur!

Marilah kita berjuang melawan kemalasan yang mencoba membelenggu kita. Dengan kematian Yesus Kristus kita memiliki kemerdekaan/kebebasan dan kuasa atas setiap bentuk perbudakan termasuk budak kemalasan untuk melangkah memasuki hari depan penuh harapan seperti yang telah dijanjikan-Nya.

Saduran dari: Charles F. Stanley