Siap Untuk Melayani Tuhan Lukas 8 : 1 – 3

 

Minggu, Lemah Putro, 23 Juli, 2017

Pdm. Markus Budi Rahardjo

 

 

Shalom,

Kita patut bersyukur kepada Tuhan bila kita masih diberi kesehatan dan perpanjangan umur untuk dapat beribadah dan melayani-Nya sementara banyak di antara saudara kita tidak dapat beribadah karena kondisi yang tidak memungkinkan seperti sakit, tugas kerja dsb. Untuk Itu kita harus memanfaatkan waktu yang Tuhan karuniakan dengan sebaik-sebaiknya seperti doa Raja Daud, “Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” (Mzm. 90:12)

Bagaimana mempergunakan waktu dengan bijak? Rasul Paulus menasihatkan, “Karena itu perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal tetapi seperti orang arif dan pergunakanlah waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat.” (Ef. 5:15-16)

Faktanya, waktu tidak dapat dikontrol oleh siapa pun kecuali Tuhan; berkaitan dengan pelayanan, kita tidak tahu berapa lama kita dapat melayani Dia – hari ini kita dapat pergi ke gereja belum tentu kesempatan lain dapat beribadah dan melayani-Nya. Itu sebabnya marilah kita melakukan teladan yang Yesus tinggalkan bagi kita yang tertulis dalam Injil Lukas 8:1-3.

Dalam pengajaran Tabernakel, Lukas 8 terkena pada Kandil Emas (di dalam Tempat Kudus) yang berfungsi menerangi alat-alat di sekitarnya sehingga ruangan tersebut tidak gelap (Kel. 25:31-40). Kandil ini terbuat dari satu talenta emas murni yang ditempa baik kaki, batang, kelopak dengan tombol dan kembangnya yang dibuat seiras (tidak tersambung) dengan kandil tersebut. Melihat bentuknya yang begitu rumit, pasti proses pembuatannya membutuhkan keahlian; dalam hal ini TUHAN (melalui Musa) menunjuk Bezaleel dan Aholiab untuk mengerjakannya setelah dipenuhi Roh-Nya dengan keahlian, pengertian dan pengetahuan dalam segala macam pekerjaan (Kel. 35:30-35). Ada lampu di atas masing-masing cabang kandil emas tersebut (total 7 buah) lengkap dengan sepit dan penadah untuk membersih-kannya. Harun dan anak-anaknya harus mengisi kandil dengan minyak zaitun agar lampu-lampu itu tetap menyala (Kel. 27:20-21). Bukankah Tuhan mengingatkan jemaat Efesus agar bertobat; jika tidak, Ia akan datang dan mengambil kaki dian mereka dari tempatnya (Why. 2:5)?

Aplikasi: Firman Tuhan menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105). Oleh sebab itu relakan hidup kita dibentuk melalui ‘tempaan’ Firman Tuhan untuk menjadi terang kesaksian hidup bagi orang lain.

Teladan apa yang Yesus tinggalkan untuk kita lakukan?

  • Bekerja selalu dikaitkan dengan keselamatan orang lain (Luk. 8:1).

Tidak lama sesudah itu Yesus berjalan berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa memberitakan Injil Kerajaan Allah. Kedua belas murid-Nya bersama-sama dengan Dia.”

Selama berada di dunia, Yesus mengajar di dalam bait Allah dan memberitakan Injil Kerajaan Allah (di luar Bait Allah) terkait dengan keselamatan diikuti dengan penyembuhan pelbagai macam penyakit. Hal ini dilakukan-Nya sebab Ia meng-hendaki agar tidak ada yang binasa tetapi semua orang berbalik dan bertobat (2 Ptr. 3:9b).

Rasul Paulus mencontoh teladan Yesus dengan giat memberitakan Injil bahkan menganggapnya celaka jika tidak menginjil (1 Kor. 9:16) sebab dia tahu pen-tingnya keselamatan yang hanya ada di dalam Yesus (Kis. 4:12). Untuk itu dia mengingatkan Timotius supaya menaikkan doa bagi raja-raja dan para pembesar agar kita semua dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim. 2:1-2,4).

Apliasi: hendaknya setiap aktivitas kita di mana pun, kapan pun dan profesi macam apa pun selalu dikaitkan dengan keselamatan orang lain melalui Injil yang kita beritakan kepada mereka.

 

  • Pengalaman ditolong Tuhan menjadi motivasi untuk melayani-Nya.

“dan juga beberapa orang perempuan yang telah disembuhkan dari roh-roh jahat atau berbagai penyakit yaitu Maria yang disebut Magdalena, yang telah dibebaskan dari tujuh roh jahat, Susana dan banyak perempuan lain.” (Luk. 8:2-3a)

Misi pekabaran Injil tidak dilakukan oleh Yesus seorang diri tetapi disertai oleh dua belas murid-Nya juga perempuan-perempuan yang mempunyai pengalaman per-tolongan luar biasa dari-Nya. Jelas, tugas menyampaikan berita keselamatan bukan dikerjakan oleh pendeta saja tetapi merupakan tugas semua orang yang telah diselamatkan oleh-Nya sesuai perintah Amanat Agung Yesus (Mat. 28:19; Mrk. 16:15,20).

Dapat dibayangkan betapa sukacita tak terkatakan dialami oleh seorang dirasuk setan yang terbebas dari siksaan hidup siang malam (Mrk. 5:1-13) yang dilakukan oleh Iblis sebagai pembunuh manusia sejak semula (Yoh. 8:44). Terjadi perubahan besar setelah orang tersebut bebas dari ikatan setan, dia memohon supaya diperkenan mengikut Yesus tetapi Ia menyuruhnya pulang ke rumah bertemu orang-orang sekampungnya untuk bersaksi tentang apa yang Yesus telah perbuat kepadanya (Mrk. 5: 18-20). Demikian pula pengalaman kesembuhan orang lumpuh yang pekerjaannya hanya meminta-minta sedekah di dekat pintu gerbang Bait Allah tetapi tidak pernah merasakan sukacita yang terjadi dalam ibadah. Namun setelah disembuhkan, dia berjalan masuk ke dalam Bait Allah, melompat-lompat sambil memuji Allah membuat orang lain takjub dan tercengang (Kis. 3:1-10).

Implikasi: pengalaman pribadi yang dialami oleh mereka (juga kita) yang telah ditolong Tuhan menjadi motivasi untuk lebih giat melayani Dia membuat orang lain menjadi percaya dan mengenal Tuhan.

  • Diberkati untuk menjadi berkat.

“Perempuan-perempuan ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka. (Luk. 8:3b)

Tak dapat dipungkiri, setiap pekabaran Injil membutuhkan dukungan dana. Untuk itu Rasul Paulus tinggal selama dua tahun penuh di rumah yang disewanya sendiri (tidak merepotkan orang lain) dan menerima semua orang yang datang kepadanya (Kis. 28:30). Bukankah saat pembangunan Tabernakel, seluruh umat Israel ikut terlibat di dalam pengurbanan dan setelah dana yang diperlukan cukup, Musa mencegah mereka mempersembahkan kurban lagi (Kel. 36:6-7)?

Perhatikan, kita tidak harus menjadi kaya lebih dahulu untuk dapat melayani Tuhan dan mempersembahkan kurban bagi-Nya tetapi yang utama ialah hati dan keter-libatan kita seperti dicontohkan oleh jemaat di Makedonia yang miskin namun sudah mempersembahkan lebih dari yang diharapkan. Mereka kaya dalam kemurahan walau mereka mengalami pencobaan berat dalam pelbagai penderitaan; bahkan mereka memberi melampaui kemampuan mereka (2 Kor. 8:2-4). Jujur, banyak orang ber-kurban dari kelimpahan/kelebihan yang mereka miliki tetapi Yesus memberi contoh seorang janda miskin yang memberi persembahan dari kekurangannya bahkan selu-ruh nafkahnya (Luk. 21:2-4).

Kita telah diberkati Tuhan dengan materi, kesehatan, kepandaian, aneka ragam talenta, tenaga dll. bukan untuk diri sendiri tetapi Ia mempercayakan segala berkatnya kepada kita agar kita menjadi berkat bagi orang lain. Untuk itu marilah kita kaitkan segala aktivitas kita dengan keselamatan orang lain dan pengalaman hidup ditolong Tuhan menjadi motivasi untuk lebih giat melayani-Nya serta menggunakan berkat yang kita miliki untuk memberkati orang lain. Dengan demikian, makin banyak orang mengenal Dia dan Nama Tuhan dipermuliakan. Amin.